Powered By Blogger

Senin, 31 Januari 2011

KEMASAN KERTAS

Kertas merupakan struktur lembaran yang terbuat dari pulp dan bahan lain sebagai bahan tambahan dengan fungsi tertentu. Bagian terbesar kertas adalah pulp, sedangkan bahan lain sebagai bahan tambahan hanya sedikit karena digunakan hanya untuk mendapat sifat tertentu. Pengujian terhadap kualitas kertas perlu dilakukan untuk menentukan jenis kertas yang tepat dalam penggunaannya. Sebelum melakukan pengujian terhadap kertas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kalibrasi peralatan, metode pengambilan contoh, dan kondisi pengujian.
Salah satu sifat fisik kertas untuk keperluan pengemasan adalah ketahanan atau kekuatan tarik kertas. Sifat ini berkaitan dengan daya tahan kemasan setelah diisi terutama berhubungan dengan penanganan produk terkemas. Kekuatan tarik adalah gaya tahan lembaran pulp atau kertas terhadap gaya yang bekerja pada kedua ujungnya. Kekuatan tarik dibedakan menjadi kekuatan statis dinamis dan kekuatan kelim pada sambungan. Uji kekuatan tarik memberi gambaran kekuatan kertas jika kertas tersebut ditarik searah dengan alur kertas. Bahan pengemas seperti kertas sampul, kertas pembungkus, dan lain sebagainya diuji dengan berbagai perlakuan yang akan diterima bahan yaitu printing, pelapisan, dan sebagainya. Umumnya kekuatan tarik kertas pada arah sejajar mesin kertas (MD) lebih tinggi dibanding arah tegak lurus kertas (CD). Prinsip penentuan kekuatan tarik dan regangan kertas (elongasi) berdasarkan jumlah gaya yang diperlukan untuk memutuskan potongan kertas erukuran 1 x 10 inchi setelah kedua ujungnya ditarik berlawanan.
Pengujian daya serap air dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penetrasi cairan ke dalam kertas. Dengan demikian dapat digunakan sekaligus untuk menguji mutu bahan pengisi. Hal ini berguna untuk mengetahui kualitas CBF dan SBF guna keperluan ekspor. Densitas (porositas) kertas diperoleh dengan membagi gramatur kertas dengan tebal kertas atau dengan mengukurnya menggunakan densonometer. Alat ini mencatat waktu yang diperlukan untuk melakukan 100 m^3 udara yang dihembuskan melalui lembaran kertas seluas 1 inchi^2. Jika udara dapat menembus kertas dengan cepat, maka kertas yang diuji relatif poros.
Gramatur kertas dipengaruhi oleh kadar air dan kelembaban relatif udara di sekitar kertas. Karena gramatur dinyatakan sebagai total berat kertas termasuk kadar air, maka pengukuran harus dilakukan pada kondisi standar. Secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat dengan daya ikatan antar serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya berpengaruh pada pencetakan. Dalam prosesnya, filler kaolin berpengaruh pada sifat fisik lembaran kertas (densitas dan gramatur). Kaolin berfungsi sebagai bahan pengisi antar serat, menambah bobot kertas dan menghaluskan kertas. Adanya perbedaan kekuatan tarik pada kertas disebabkan adanya perbedaan panjang serat yang menyusun kertas tersebut. Kekuatan tarik kertas sebanding dengan kuadrat akar rata-rata perbandingan panjang serat dan bobotnya.
Indeks sobek tertinggi dihasilkan oleh kelompok massa jenis terendah. Indeks sobek makin menurun dengan meningkatnya massa jenis. Nilai indeks sobek juga diduga dipengaruhi oleh perbedaan kandungan kimia terutama selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dalam lembaran pulp mempunyai daya gabung yang besar dan memudahkan terbentuknya jalinan antar serat. Pulp yang mengandung hemiselulosa rendah sukar digiling dan menghasilkan lembaran berkekuatan rendah, demikian pula pulp yang mengandung kadar lignin tinggi.
Ketahanan gesek kertas berbeda pada kedua permukaannya. Sisi permukaan felt pada umumnya memiliki ketahanan gesek yang lebih rendah dari pada sisi permukaan roll. Daya tahan terhadap gesekan berkaitan dengan ketahanan kemasan untuk digeser atau ditumpuk selama penanganan dan penyimpanan. Pada penentuan ketahanan gesek diperlukan penghisap debu untuk memisahkan debu hasil penggesekan. Hal ini karena bila tidak ada penghisap debu, maka debu hasil penggesekan akan menghalangi bidang penggesekan sehingga mengganggu pengukuran. Kertas memiliki sizer yang berpengaruh terhadap daya serap air. Sizer merupakan tambahan untuk meningkatkan ketahaan kertas terhadap cairan. Permukaan sizer umumnya selaput tipis tepung, getah, dan polimer sintetis. Hasil dari uji menunjukkan bahwa antara kertas tips dan tebal, permukaan tipis dan tebal.

Sabtu, 22 Januari 2011

TEORI MOTIVASI


1. Teori Motivasi Klasik
            Teori ini dikemukakan oleh Frederik Winslow Taylor. Menurutnya, motivasi para pekerja itu hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja. Sedangkan kebutuhan biologis itu sendiri adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang.

2. Herzberg’s Two Factors Teory
            Teori Motivasi Dua Faktor atau Teori Motivasi Kesehatan atau Faktor Higienis. Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. Ada 3 hal penting berdasarkan penelitian Herzberg yang harus diperhatikan dalam motivasi bawahan yaitu :
1.      Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu sendiridan adanya pengakuan atas semuanya itu.
2.      Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan, dan lain-lain.
3.      Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
  • Maintenance Factors; Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
  • Motivation Factors; Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.

3. Mc. Clelland’s Achievment Motivation Theory
            Mc. Clelland’s achievment Motivation Theory atau Teori Motivasi Prestasi dikemukakan oleh David Mc.Clelland. Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Energi ini akan dimanfaatkan oleh karyawan karena didorong oleh kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, dan nilai insentif yang terlekat pada tujuan.
Mc. Clelland mengelompokan 3 kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja seseorang, yaitu :
-         Kebutuhan akan Prestasi ( Need for Achievment )
-         Kebutuhan akan Afiliasi ( Need for Affiliation )
-         Kebutuhan akan Kekuasaan ( Need for Power )

4. ERG Theory Alderfer
            Existence, relatednes, and Growth ( ERG ) Theory ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang ahli dari Yale University. Teori ini juga merupakan penyempurnaan dari teori kebutuhan yang dikemukakan oleh A.H. Maslow. Alderfer mengemukakan bahwa ada 3 kelompok kebutuhan yang utama, yaitu :
  1. Kebutuhan akan Keberadaan ( Existence Needs ), berhubungan dengankebutuhan dasar termasuk didalamnya Physiological Needs dan Safety Needs dari Maslow.  
  2. Kebutuhan akan Afiliasi ( Relatedness Needs ), menekankan akan pentingnya hubungan antar-individu ( interpersonal relationship ) dan bermasyarakat ( social relationship ).
  3. Kebutuhan akan Kemajuan ( Growth Needs ), dalah keinginan intrinsik dalam diri seseorang untuk maju atau meningkatkan kemampuan pribadinya.
5. dan lain-lain
         (cukup sekian dari saya, enjoy it)

SISTEM KONTROL ALARM KEBAKARAN DENGAN SMOKE DETECTOR

SMOKE DETECTOR
Semakin berkembangnya zaman, kemajuan teknologi semakin berkembang pesat pula. Berkembangnya kemajuan teknologi sekarang semakin memberikan kemudahan bagi kita untuk melakukan sesuatu aktifitas tertentu. Salah satu kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat pada zaman sekarang ini adalah pada bidang eletronika, yaitu berupa rancang bangun sistem kontrol.
Sistem kontrol merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan suatu proses agar output yang dihasilkan dapat dikontrol sehingga tidak terjadi kesalahan (Setiawan, 2006). Dalam sistem kontrol terdapat dua jenis yaitu sistem kendali loop terbuka dan loop tertutup :
a. Open Loop (Loop Terbuka)
Suatu sistem kontrol yang  keluarannya tidak berpengaruh terhadap aksi pengontrolan. Dengan demikian pada sistem kontrol ini, nilai keluaran tidak di umpan-balikkan ke parameter pengendalian. 
Gambar 1.  Diagram Blok Sistem Pengendalian Loop Terbuka 
b. Close Loop (Loop Tertutup)
Suatu sistem kontrol yang sinyal keluarannya memiliki pengaruh langsung terhadap aksi pengendalian yang dilakukan. Sinyal  error  yang merupakan selisih dari sinyal masukan dan sinyal umpan balik (feedback), lalu diumpankan pada komponen pengendalian (controller) untuk memperkecil kesalahan sehingga nilai keluaran sistem semakin mendekati harga yang diinginkan. Keuntungan sistem loop tertutup adalah adanya pemanfaatan nilai umpan balik yang dapat membuat respon sistem kurang peka terhadap gangguan eksternal dan perubahan internal pada parameter sistem. Kerugiannya adalah tidak dapat mengambil aksi perbaikan terhadap suatu gangguan sebelum gangguan tersebut mempengaruhi nilai prosesnya.
Gambar 2.  Diagram Blok Sistem Kontrol Tertutup
Ada banyak proses yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu produk sesuai standar, sehingga terdapat parameter yang harus dikontrol atau di kendalikan antara lain tekanan (pressure), aliran (flow), suhu (temperature), ketinggian (level), kerapatan (intensity), dan lain-lain. Gabungan kerja dari  berbagai alat-alat kontrol dalam proses produksi dinamakan sistem pengontrolan proses (process control system). Sedangkan semua peralatan yang membentuk sistem pengontrolan disebut pengontrolan instrumentasi proses (process control instrumentation).
Pada paper ini akan dibahas mengenai sistem kendali pada alat pendeteksi kebakaran tipe smoke detector. Bekerja pada lingkungan kelistrikan sangat rawan terhadap bahayakebakaran, baik karena listrik statis maupun karena listrik dinamis. Kebakaran listrik sebenarnya tidak perlu terjadi jika syarat-syarat pemasangan dan keamanannya terpenuhi. Pada sistem jaringan lama, untuk sampai pada pemakai dipergunakan sistem pengaman bertingkat, sehingga kemungkinan kebakaran sebagai akibat timbulnya panas yang berlebih sangat kecil. Kebakaran terjadi karena tindakan dari para pemakai daya listrik sendiri yang tidak paham tentang bahaya listrik. Sebagai contoh, saat terjadi hubungan singkat yang mengakibatkan sekering putus, kemudian kita menyambung kawat sekering dengan kawat berdiameter lebih besar (tanpa memperhitungkan arus yang lewat), sehingga arus yang lewat kawat menjadi lebih besar (tidak sesuai dengan ketentuan keamanan). Hal ini menyebabkan panas yang berlebih pada penghantar meleleh dan timbullah hubung singkat yang disertai dengan bunga api, bunga api inilah yang sering menyebabkan terjadinya kebakaran. Kebakaran yang terjadi pada sistem jaringan terjadi akibat dari bersinggungannya dua hantaran, kadang-kadang terjadi ledakan ringan yang mengakibatkan putusnya ikatan penghantar. Disinilah banyak terjadi kecelakaan karena sistem proteksi putus hantaran tidak berfungsi. Apabila terjadi ledakan pada reaktornya, semata-mata karena sistem proteksi yang berada dalam tabung reaktor bekerja. Hal ini terjadi bila batas beban lebih dilampaui atau terjadi hubung singkat pada sistem (Widodo, 2005).
Asap adalah keseluruhan partikel yang melayang-layang baik kelihatan maupun tidak kelihatan hasil dari suatu pembakaran. Dikarenakan asap bersifat naik ke atas, umumnya pendeteksi asap (Gambar 3) dipasang di langit-langit, atau di dinding dekat langit- langit. Untuk mempertinggi tingkat kemungkinan membangunkan penghuni yang sedang tidur, biasanya pendeteksi asap dipasang di dekat kamar tidur. Idealnya di ruang terbuka, atau paling baik di dalam kamar tidur itu sendiri (SNI 03-6571-2001).
Gambar 3. Alat Pendeteksi Asap
Pendeteksi asap secara umum jauh lebih cepat mendeteksi kebakaran dari pada pendeteksi panas. Umumnya pendeteksi asap bekerja menggunakan prinsip Optical Detection atau Ionization. Tetapi dapat juga digunakan secara bersamaan untuk mempertinggi sensitifitasnya sebagai pendeteksi asap. Pendeteksi ini dapat beroperasi sendiri, dihubungkan satu sama lainnya untuk membuat pendeteksi-pendeteksi di satu area menyalakan alarm jika salah satu pendeteksi terpicu, atau diintegrasikan ke Sistem Alarm Kebakaran atau sistem pengamanan.
Kematian dari kebanyakan orang disebabkan oleh gumpalan padat asap tebal dimana biasanya menjadi masalah yang lebih besar dari pada terbakar. Untuk alasan ini pendeteksi asap fotoelektrik biasa digunakan pada jalan keluar seperti koridor dan tangga. Dan pendeteksi asap ionisasi biasa digunakan dalam ruangan kantor dan tempat-tempat umum lainnya.
Secara umum jenis detector ini dibagi menjadi 3 macam yaitu ionization smoke detector, photoelectric smoke detector, dan air sampling smoke detector. Perbedaan dari ketiga jenis smoke detector tersebut hanya pada metode deteksinya.
Smoke Detector adalah detektor yang berkerjanya berdasarkan batas konsistensi asap tertentu, detektor asap dapat berupa :
Ø  Detektor Asap optik (Photo Electric Smoke Detector) adalah alat yang mendeteksi adanya asap yang berkerja dengan prinsip berkurangnya cahaya oleh asap oleh kosentrasi tertentu.
Pendeteksi jenis ini bekerja berdasarkan prinsip pembuyaran dan pemantulan cahaya. Pendeteksi jenis ini sensitif terhadap asap dengan partikel besar dan tidak sensitif terhadap asap dengan partikel kecil.
Gambar 4. Prinsip Pembuyaran Cahaya
Prinsip pembuyaran (Gambar 4) menggunakan sumber cahaya langsung dari sumber ke penerimanya. Ketika asap melintasi di depan sumber cahaya, sejumlah cahaya dibuyarkan yang menyebabkan sedikit cahaya terdeteksi oleh penerima cahaya. Penurunan jumlah cahaya ini memicu alarm.
Sedangkan prinsip pemantulan cahaya menggunakan LED dan sebuah fotodioda atau sensor fotoelektrik lainnya terletak di sebelah pembatas sebagai pendeteksi cahaya. Jika tidak ada asap, cahaya melewati secara garis lurus di depan pendeteksi. Ketika asap memasuki ruang deteksi, sejumlah cahaya dipantulkan oleh partikel asap ke foto dioda. Penambahan cahaya yang masuk ke fotodioda memicu alarm. Gambar 5 memperlihatkan prinsip kerja pemantulan cahaya dari pendeteksi optik.
Gambar 5.  Prinsip kerja pemantulan cahaya pendeteksi optik
Ø  Detektor Asap Ionisasi (Ionization Smoke Detector) adalah alat yang berkerja dengan prinsip berkurangnya arus ionisasi oleh asap pada kosentrasi tertentu.
Pendeteksi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan pendeteksi jenis optik, tetapi terkadang pendeteksi ini ditolak karena alasan lingkungan. Pendeteksi ini menggunakan ruang ionisasi dan sumber radiasi ionisasi untuk mendeteksi asap. Di dalam pendeteksi ionisasi ini terdapat sejumlah kecil (sekitar 1/5000 gram) zat radioaktif americium-241. Unsur dari radioaktif ini merupakan sumber partikel alpha yang baik. Ruang ionisasi terdiri dari dua lempengan logam yang terpisah sekitar satu sentimeter. Sumber tegangan arus searah diberikan ke lempengan yang membuat lempengan bermuatan.
Prinsip keja dari detektor asap ionisasi adalah partikel alpha yang dihasilkan oleh americium mengionisasi atom oksigen dan nitrogen dari udara yang terdapat di dalam ruang ionisasi. Ketika elektron terlepas dari sebuah atom, maka akan menghasilkan sebuah elektron bebas (bermuatan negatif) dan sebuah atom yang kehilangan satu elektron (bermuatan positif). Elektron negatif ditarik oleh lempengan yang bertegangan positif dan atom positif ditarik oleh lempengan yang bertegangan negatif (persis seperti magnet) dan menghasilkan sejumlah kecil arus listrik akibat pergerakan elektron dari atom ini melalui lempengan-lempengan bertegangan tadi.
Ketika asap memasuki ruangan ionisasi, asap mengganggu aliran arus dimana partikel asap menyatu terhadap ion dan menetralkannya, sehingga terjadi penurunan jumlah arus yang mengalir di antara lempengan dan mengaktifkan alarm. Pendeteksi jenis ini sangat sensitif terhadap asap dengan partikel kecil yang diproduksi oleh kebanyakan nyala api. Tetapi menjadi tidak sensitif terhadap asap
dengan partikel besar, seperti asap yang dihasilkan dari pembakaran plastik.
Fire alarm protection (alarm kebakaran) merupakan salah satu alat pemadam kebakaran  yang akan berbunyi ketika terjadi kebakaran. Semua komponen dari alarm kebakaran harus diperiksa secara teratu untuk memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja dengan baik. Bagian-bagian yang terdapat pada alarm kebakaran,  antara lain :
1) Pendeteksi (detector)
2) Bel dan suara/sirine
3) Lampu tanda (healthy indicator and fire indicator)
4) Sinyal pengendali (remote signalling)
5) Tombol reset
6) Name plate berisi spesifikasi dari alarm kebakaran tersebut
Pada sistem kontrol alarm kebakaran ini yang menjadi variabel inputnya adalah asap dan suhu tinggi. Sedangkan yang menjadi variabel outunya adalah bunyi alarm dan nyala lampu LED. Suatu detektor asap akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dibanding detektor panas. Detektor asap dikenali dari prinsip operasinya, yakni: sensor ionisasi dan fotoelektrik. Pada paper ini tipe smoke detector yang dibahas adalah tipe ionisasi. Di dalam detektor asap sensor fotoelektrik, suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur sedemikian sehingga sinar dari sumber cahaya tidak menumbuk sensor cahaya. Ketika partikel asap masuk alur cahaya, sebagian dari cahaya menyebar dan mengarah ke sensor, menyebabkan detektor untuk mengaktifkan suatu bunyi alarm. Detektor asap sensor ionisasi berisi sejumlah kecil bahan radioaktif americium yang dilekatkan pada suatu lembaran matriks emas di dalam suatu kamar ionisasi. Americium pada detektor asap akan mengionisasikan udara di dalam kamar (chamber) pengindera, memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus melalui udara antara dua muatan elektroda. Hal ini memberi kamar pengindera suatu efek aliran listrik. Apabila partikel asap masuk daerah ionisasi, maka asap tesebut akan mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan diri pada ion, yang menyebabkan pengurangan gerak ion. Ketika arus listrik kurang dari tingkat yang ditetapkan, maka detektor akan merespon (Anonim, 1989).
            Detektor/sensor mendeteksi indikasi adanya kebakaran seperti asap dan suhu yang tinggi dan mengirimkan sinyal kebakaran/api ke fire control panel (FCP) untuk diolah. Selain melalui detektor, FCP juga menerima sinyal dari manual call point (break glass) yang berupa penekanan tombol darurat oleh manusia yang melihat adanya kebakaran. Sinyal tersebut diolah oleh FCP dan kemudian dilakukan aksi berupa pemberian peringatan.
Sistem alarm kebakaran disini terdiri dari 2 FCP. Tiap Panel terdiri dari 2 controller. FCP 1 terdiri dari controller 1 dan controller 2, sedangkan FCP 2 terdiri dari controller 3 dan controller 4. Masing-masing controller menerima input dari detektor atau manual call point dengan zona yang berbeda. Controller 1 menerima  input dari zona 1-30, controller 2  dari zona 31-60, controller 3 dari zona 61-90 dan controller 4 dari zona 91-120. Output controller 1 terhubung dengan ketiga annunciator yang merepresentasikan aktivasi zona 1-30,  output controller 2 untuk zona 31-60,  output controller 3 untuk zona 61-90, output controller 4 untuk zona 90-120. Annunciator mempunyai lampu-lampu LED indikator yang masing-masing merepresentasikan tiap zona dan  buzzer yang akan selalu berbunyi dimana zona terjadi kebakaran.  Jika detektor mendeteksi adanya kebakaran, maka detektor akan mengirimkan sinyal ke controller sesuai dengan dimana detektor tersebut terhubung. Selain itu  bell/horn juga berbunyi sesuai dengan controller aktif yang terhubung. Misalkan terjadi kebakaran di zona 20, detektor akan mengirimkan sinyal ke controller 1 dan output controller 1 akan menyalakan lampu LED indikator yang merepresentasikan zona 20 di ketiga annunciator dan bell/horn akan berbunyi. Controller adalah bagian terpenting sistem yang merupakan pusat segala pengolahan sinyal dan aksi atau perilaku dari sistem alarm (Anonim, 1992).
Gambar6. Koneksi pin pada controller
Controller mendapatkan tegangan dari power supply circuit yang sekaligus berfungsi untuk mengisi  power supply cadangan (battery) dan melakukan pemindahan power supply dari main power ke power supply cadangan atau sebaliknya. Koneksi pin dapat dilihat di gambar 3. Pada gambar 3, BC dan BF menunjukkan local alarm, PU dan PV menunjukkan pilot lamp, T menunjukkan telepon, A menunjukkan manual alarm,  I-, B+ dan I1-I menunjukkan annunciator, dan C dan L1-L30 menujukkan ke tiap zona 1 – 30 (Anonim, 1985).
Gambar7. Skema sistem alarm kebakaran di IRM
Hasil pengolahan sinyal indikasi adanya kebakaran oleh controller, kemudian dikirim ke annunciator yang berfungsi sebagai alat berupa display panel yang memberikan informasi zona dimana terjadinya kebakaran. Informasi terjadinya kebakaran berupa bunyi (buzzer), serta lampu LED indikator yang menunjukan zona terjadinya kebakaran. Sinyal kebakaran tersebut juga dikoneksikan ke horn pada combination panel untuk membunyikan alarm. Pada combination panel terdapat juga tombol  (manual call point) yang dapat ditekan (push) bila seseorang melihat adanya kebakaran, selain itu terdapat juga socket telepon untuk berkomunikasi dengan telepon yang ada pada fire control panel. Disamping itu juga pada combination panel terdapat lampu yang menyala untuk menandakan fire control panel dalam keadaan beroperasi (Anonim, 1985).


DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 1985. Fire Protection Handbook, fifteenth edition. National fire protection association Quincy, Massachusetts.
[Anonim]. 1992. Fire Protection in Nuclear Plants. International Atomic Energy Agency, Vienna.
[Anonim]. 1989. An Introduction to Fire Detection, Alarm, and Automatic Fire Sprinklers. Fire Safety Network, Middlebury, Vermont.
Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic Controller dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol. ANDI, Yogyakarta.
Standar Nasional Indonesia. Sistem Pengendali Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung. SNI 03-6571-2001.
Widodo, Budiharto. 2005. Perancangan Sistem dan Aplikasi Mikrokontroler. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Jumat, 07 Januari 2011

PENENTU MUTU DAUN TEH

TEH
          TEH (Camellia sinensis) merupakan tumbuhan yang daunnya sering dimanfaatkan sebagai minuman penyegar yang menjadi favorit dikalangan umum. Pada umumnya ada dua jenis minuman teh yang saat ini telah beredar di masyarakat, yaitu teh hitam dan teh hijau. Teh hitam merupakan teh yang dalam proses pengolahannya melalui proses fermentasi sedangkan teh hijau diolah tanpa melalui proses fermentasi. Selain kedua teh tersebut terdapat beberapa produk olahan dari teh sendiri, seperti teh oolong, kukicha, dan masih banyak lagi. 
          Sebelum diolah menjadi minuman penyegar tentunya daun teh mengalami berbagai macam tahap pengolahan terlebih dahulu, diantaranya pelayuan daun teh, penggulungan, fermentasi (teh hitam), pengeringan, sortasi, pengecilan ukuran, dan penyimpanan. Adapun faktor-faktor yang menentukan mutu teh selain proses pengolahannya, antara lain letak (tinggi) kebun teh, sistem pemetikan, giliran (rotasi) pemetikan, dan sistem pemangkasan pada kebun teh tersebut.
           Letak (tinggi) kebun teh mempengaruhi kualitas dari daun teh itu sendiri, terutama dari kadar polifenol dan ukuran serat daun teh. Pertumbuhan teh di dataran rendah memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat daripada di dataran tinggi. hal ini berhubungan dengan kebutuhan tanaman akan air dan cuaca yang mempengaruhi. Pertumbuhan yang lebih cepat inilah yang menyebabkan ukuran serat daun pada teh yang ditanam di dataran rendah lebih panjang dari perkebunan dataran tinggi. Hal ini akan mengakibatkan terjadi ketidakkompakan pada sistem pemetikan serta rotasi pemetikanpun akan lebih cepat.
KEBUN TEH
          Sistem pemetikan mempengaruhi kandungan polifenol dan kafein dari daun teh. Semakin halus sistem pemetikan maka akan semakin tinggi pula kandungan polifenol dan kafein yang terdapat dalam petikan tersebut. Hali ini disebabkan karena kandungan polifenol daun teh terbesar terletak pada pucuk peko. Peko sendiri merupakan pucuk daun teh yang masih tergulung dan masih aktif bertumbuh. Secara umum terdapat tiga jenis petikan yang berlaku, yaitu petikan halus, sedang, dan kasar.  Makin halus sistem petikan maka akan semakin baik pula mutu teh yang dihasilkan. Petikan halus terdiri dari  peko dan satu helai daun muda, petikan sedang terdiri dari peko dan dua atau tiga helai daun muda, sedangkan petikan kasar terdiri dari peko dan tiga helai daun tua atau lebih.
          Pemetikan dalam jangka waktu yang singkat memang dalam periode pendek akan memberikan produksi pucuk dengan mutu yang baik, tetapi hal ini kurang ekonomis mengingat jumlah yang dapat dipetik hanya sedikit. Hal ini juga berefek samping terhadap semakin jarangnya jumlah daun dan tanaman menjadi rusak. Waktu pergiliran pemetikan ini dipengaruhi oleh musim, perbedaan letak (tinggi) kebun, dan sistem pemetikan yang dikehendaki. Pada musim hujan dan kebun teh terletak pada dataran rendah, pucuk tumbuh dengan sangat cepat yang mengakibatkan rotasi pemetikanpun akan dipercepat pula dan begitupula sebaliknya. Sedangkan apabila dikehendaki pemetikan dengan sistem halus, maka rotasi pemetikan dapat dipersingkat dan begitu sebaliknya.
          Untuk mencegah tanaman teh tumbuh terlalu tinggi maka dilakukan pemangkasan pada kebun teh. Adapun tujuan lain dari pemangkasan adalah memperbanyak jumlah ranting pada tanaman yang membentuk pucuk-pucuk baru, merawat tanaman sehingga fase vegetatifnya tetap, dan untuk membentuk tanaman sehingga seragam untuk seluruh kebun. Adapun beberapa jenis pemangkasan, yaitu pemangkasan induk, bentuk, produksi, pemangkasan dalam, dan lain sebagainya.